Senin, 24 Maret 2008

Kebahagiaan Hidup Ala Pembuat Miniatur Perahu Trasional


Bukanlah harta kekayaan yang membuat seseorang berbahagia di hari tua. Di usia senja, Djuhhari Witjaksono (77), pengrajin miniatur perahu tradisional di Mojokerto, Jawa Timur terus bergulat membuat miniatur perahu bersama dengan puluhan pemuda pengangguran.

Di rumahnya di Jl. Brawijaya no 302 Mojokerto tidak tersimpan serial bacaan pemberi inspirasi hidup ala A Cup of Chicken Soup for the Soul karya trio inspirator Jack Canfield, Mark Victor Hansen dan Barry Spilchuk. Juga bacaan best seller karya Robert T Kiyosaki berjudul Rich Dad, Poor Dad.

Djuhhari hanya menyimpan puluhan buku tentang berbagai sejarah dan ulasan perahu trasional dari berbagai penjuru dunia, sejarah kerajaan Majapahit dan pengetahuan umum yang memberinya inspirasi dalam membuat miniatur perahunya, seperti buku berbahasa Belanda berjudul Die letzten groken Segelschiffe karya Delius Klasing Verlag dan The Prahu,tradisional Sailing Boat of Indonesia karya Adrian Horridge.

Dimanakah ia menemukan kehidupannya ?

"Saya gemar membaca buku tentang agama dan sejarah dunia dan perkapalan, dan disitulah saya selain mendapatkan pengetahuan juga pelajaran tentang arti hidup, " katanya.

Sekitar tahun 1950, Djuhhari yang aktif menjadi anggota Pramuka, Bapak Pandu Pramuka se-dunia Robert Baden Powell berkunjung di Surabaya. Di depan ratusan anggota Pramuka ia berkata "Berjalanlah sampai ke daratan dan berlayarlah sampai ke pantai, "

Saat itu, Djuhhari tidak mengerti apa arti ucapan itu.


Tetapi, sepulang dari acara Powell, Djuhhari pun tertarik dengan bacaan tentang dunia maritim, khususnya mengenai perkapalan. Ia hanya mengingat kata-kata berlayar saja yang identik dengan perahu.

"Saya sangat tertegun melihat perahu yang terbuat dari kayu milik bangsa Portugis yang mampu berlayar keliling dunia dengan berbagai tantangan di laut. Kemudian saya mencoba membuatnya miniatur perahu itu, " katanya.

Setelah bertahun-tahun menggeluti membuat miniatur perahu tradisional, kini ia baru mengerti apa yang dimaksud Powell saat itu. Powell, kata Djuhhari, rupanya memberikan inspirasi tentang kehidupan.

Tidaklah mudah berjalan sampai ke daratan dan berlayar sampai pantai. Namun agar dapat melaju di ganasnya gelombang laut dan sampai ke pantai, perahu haruslah dibuat kuat dan tangguh menghadapi segala jenis gelombang.

"Kesulitan membuat perahu yang kuat terletak pada tingkat kerumitannya. Saya harus bersabar dan terus mencoba menyusun satu demi satu bagian perahu. Tidak jarang pula saya harus membongkar kembali demi mendapatkan bentuk aslinya, " katanya.

KeluargaSaya pun menggambarkan kehidupan Djuhhari mirip seperti apa yang dikata Barry Spilchuk, profesional motivation trainer asal Kanada dalam A Cup of Chicken Soup for the Soul menuliskan harta anda bisa berlimpah, namun warisan terbaik yang dapat anda berikan kepada anak-anak anda adalah teladan yang baik.

Di buku yang sama, Hodding Carter mengungkapkan hanya ada dua warisan kekal yang semoga dapat kita berikan kepada anak-anak kita; yang satu adalah akar, yang lainnya adalah sayap.

Begini ceritanya, Djuhhari yang dilahir di Malang 15 Desember 1930 dididik dalam sebuah keluarga besar penganut poligami. Ia mempunyai dua ayah dan tiga orang ibu. Saat itu, perekonomian keluarga menjadi masalah utama meskipun Djuhhari mengaku tidak mendapatkan masalah dalam berhubungan dengan orang tuanya.

"Kedua ayah saya bekerja sebagai sopir truk, begitu juga dengan keempat saudara saya yang juga menjadi sopir, sedangkan ketiga ibunya tidak bekerja, " kata Djuhhari yang paling muda diantara keempat saudaranya itu.

Oleh karena himpitan ekonomi membuat keempat saudaranya tidak bisa meneruskan pendidikan Sekolah Dasar, lantas bekerja membantu kedua ayahnya. Kemiskinan pulalah sering membuat Djuhhari harus makan makanan kurang bergizi, yaitu nasi dan garam ataupun singkong dan garam.

Towil Pawirjo, salah satu ayahnya meminta agar bagaimanapun caranya agar Djuhhari tetap bersekolah dan tidak bekerja di usia dini seperti keempat saudaranya. Ia ingin agar Djuhhari tidak menjadi sopir dengan penghasilan minim.

"Ayah saya bekerja sangat keras siang dan malam demi memenuhi kebutuhan sekolah saya hingga di Sekolah Menengah Atas. Ayah saya mengajarkan kepada saya apa artinya kerja keras demi sebuah tujuan, " kata Djuhhari.

Setelah lulus dari Sekolah Tehnik Menengah, Djuhhari pun bekerja di perusahaan kontraktor jalan raya. Di sela kesibukan pekerjaanya, ia menyempatkan diri untuk mempelajari kehidupan masyarakat nelayan di Indonesia.

Setelah pensiun dari pekerjaannya, Djuhhari mulai menekuni ketrampilannya membuat miniatur perahu. Ia kemudian mengajak pemuda pengangguran yang ada di sekitarnya untuk bekerja di tempatnya.

"Banyak orang yang setelah pensiun ingin menikmati masa tuanya dengan tidak bekerja. Tetapi tidak bagi saya yang ingin terus bekerja demi mencapai kesuksesan bagi orang lain, " katanya.

Berhasil

Dalam bukunya, Robert T Kiyosaki mengatakan orang kaya tidak bekerja untuk uang. Setelah pensiun, Djuhhari mengajarkan ketrampilannya membuat miniatur perahu kepada ratusan pengangguran di sekitar rumahnya.

Saya sempat bertandang ke rumahnya, saat itu Djuhhari terlihat serius memberikan pengarahan kepada salah satu pemuda yang tangannya penuh dengan tato bergambar ular naga yang bekerja membuat miniatur perahu tradisional "Dewa Ruci" di bengkel kerajinanya.

"Tiang perahu ini harus dihaluskan lagi, kemudian ditancapkan pada celah-celah bagian perahu, Ingat jangan salah menancapkannya karena akan mengubah bentuk asli perahu, " katanya kepada pemuda bertato itu.


Di bengkel kerajinannya itu tersimpan puluhan jenis perahu tradisional beraneka bentuk dan ukuran yang siap dijual. Harga masing-masing perahu berkisar antara Rp 7.500,- sampai dengan Rp 600 juta. Harga itu dipatok sesuai dengan tingkat kerumitan dan ukuran miniatur itu sendiri.

Selain dijual di pasar lokal, produk perahu miniatur Djuhhari juga dijual ke mancanegara. Karya buatannya pun telah diakui oleh pasar dunia. Ini terbukti Djuhhari memperoleh penghargaan di bidang Seal of Excellence for handicrafts tahun 2006 untuk perahu tradisional kerajaan Majapahit buatannya dari United Nations Educational Sciencetific and Culture Organization.

Ide kreasi miniatur perahu yang dipakai pada zaman kerajaan Majapahit itu ia dapatkan setelah membaca puluhan referensi buku sejarah tentang kerajaan Majapahit yang pusat pemerintahannya berada di Trowulan, Kabupaten Mojokerto atau sekitar 20 kilometer dari kediamannya.

"Dengan hasil ciptaan saya ini bisa menjadi referensi bahwa nenek moyang kita dahulu memang seorang pelaut. Ini dibuktikan dengan sejak zaman Majapahit telah dibuat perahu tradisional yang bentuknya tidak kalah dengan perahu yang dibuat oleh bangsa Portugis, " katanya.

Sayangnya, sejak zaman penjajahan Belanda, kreasi penduduk lokal membuat perahu yang bisa berlayar ratusan mil ini pupus setelah keluarnya larangan dari pihak penjajah kepada pribumi untuk membuat perahu yang lebih dari 20 ton. Sehingga pada masa penjajahan hingga sekarang perahu tradisional bentuknya kecil dan hanya cukup sebagai menangkap ikan saja.

Sedangkan bangsa lain, seperti Portugis, Inggris dan Spanyol sudah lebih modern membuat kapal kayunya dan sanggup berjalan ratusan mil jauhnya.

"Selain mendidik para pemuda pengangguran untuk bisa bekerja, saya juga mengajarkan kepada mereka agar tetap mengingat bahwa sejarah nenek moyang Indonesia yang juga sebagai pelaut, " katanya.

Sama halnya dengan pekerja lainnya, pemuda pengangguran yang bekerja membantu Djuhhari membuat miniatur perahu juga diberikan upah maupun uang makan. Namun, Djuhhari yang memulai usahanya sejak tahun 1980 itu tidak pernah melarang setiap karyawannya untuk membuka usaha sejenis. Bahkan, ia selalu mendorong karyawannya agar mandiri. Tidak segan-segan pula ia memberikan bantuan modal kepada mereka yang terampil dan siap berwiraswasta secara mandiri.

Hingga saat ini ratusan karyawan didikannya telah membuka usaha serupa di beberapa tempat di Indonesia, mulai dari Jawa Tengah hingga Jakarta. Bahkan, anak didiknya yang telah berhasil juga menerapkan ilmunya kepada pemuda pengangguran lainnya.

"Saya selalu memberikan nasehat agar anak didik saya yang berhasil harus mengajarkan cara membuat miniatur kapal ini kepada generasi muda dan pengangguran agar mereka menjadi orang yang mandiri sekaligus cinta terhadap sejarah nenek moyangnya, " katanya yang pernah

mendapatkan penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto 28 Desember 1991.

Kini, di usianya yang mulai uzur, ia sedang berbahagia karena ia dicintai keluarga dan masyarakat atas usahanya, seperti petuah bilang kebahagiaan terbesar dalam hidup adalah kepastian untuk dicintai.

Sedangkan, cinta Djuhhari kepada perahunya itu seperti ungkapan genta bukanlah genta sebelum dibunyikan, lagu bukanlah lagu sebelum dinyanyikan dan cinta bukanlah cinta sebelum dipersembahkan.

Jutawan Kerupuk


Anda ingin mengetahui seberapa banyak orang Indonesia yang gemar makan kerupuk ? Simak saja kisah Supardi (55) pengusaha kerupuk tradisional yang dengan kerja kerasnya selama puluhan tahun menghantarkan ia menjadi seorang jutawan.

Tahu kerupuk ? Bagi saya makanan itu merupakan favorit saya yang akrab dikenal oleh sebagian besar rakyat kecil di Indonesia. Makanan ringan yang terbuat dari tepung ini banyak dijumpai di warung kaki lima dan jarang dijumpai di restoran mewah. Tidak salah kemudian bila kerupuk, oleh sebagian orang Indonesia justru menjadi anekdot untuk memperolok seseorang yang berbadan kurus dan dipandang kurang gisi.

"Saat pertama mengawali usaha pembuatan kerupuk saya percaya bahwa suatu saat nanti kerupuk bisa menjadi makanan yang mahal dan digemari oleh semua orang baik itu kelas menengah atas maupun bawah, " kata Supardi.

Supardi bukanlah ahli ekonomi ataupun bisnis. Ia hanyalah pria yang tidak sampai tamat Sekolah Dasar. Membaca dan menulis saja ia tidak fasih. Tidak jarang bila berhadapan dengan kontrak jual beli yang melibatkan kemampuan baca tulis, Supardi meminta bantuan kepada Mulyandi, putra ketiga dari empat bersaudara yang saat ini sedang melanjutkan pendidikan pasca sarjana Ekonomi dan bisnis di perguruan tinggi swasta untuk menterjemahkannya.

Sejak berumur 8 tahun, Supardi yang dilahirkan dari keluarga buruh tani di desa Gemulung Kabupaten Sregen Jawa Tengah menjadi yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal karena penyakit. Kondisi ekonomi saat itu membuat penyakitnya tidak bisa ditangani secara medis karena tidak mampu membayar rumah sakit.

Sepeninggal kedua orang tuanya, Supardi diasuh oleh salah satu saudaranya yang rumahnya tidak jauh dari kediaman orang tua Supardi. Mengingat kondisi ekonomi pengasuhnya itu membuat Supardi terpaksa putus sekolah.

Untuk mencukupi kebutuhannya, Supardi pun bekerja sebagai pencari rumput makanan ternak. Ia tidak diberi upah bulanan, melainkan mendapatkan upah tahunan berupa seekor kambing. Masa kecilnya pun dihabiskan dengan bekerja pagi hingga sore hari. Tidak ada waktu baginya untuk bermain dengan teman-temen sebayanya.

"Saat bekerja saya sering melamun menjadi orang kaya. Seringnya melamun justru membuat tangan saya terluka akibat tersayat alat pencabut rumput," katanya sambil menunjukkan jemari tangan yang menghitam bekas luka.

Hari demi hari ia lalu dengan bekerja di tengah sengatan terik matahari. Hingga akhirnya, upah seekor kambing pun ia terima sebagai tanda kerja kerasnya. Kambing itu pun dijualnya,

kemudian uang diserahkan kepada pengasuhnya untuk digunakan sebagai penopang hidup.


Tahun demi tahun berikutnya ia lalui seperti biasa. Saat berumur 17 tahun, Supardi berniat untuk merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Dengan modal minim dan sepotong pakaian, ia meninggalkan desanya menuju Surabaya.

Di kota Pahlawan ini ia berharap bisa bekerja menjadi buruh pabrik. Namun sialnya, setelah berulangkali melamar pekerjaan, tidak ada satupun yang mau menerimanya.

"Saat itu saya hampir putus asa karena sudah tidak punya uang di saku. Apalagi di kota Surabaya, saya tidak punya saudara. Tetapi saya harus optimis bahwa saya tidak akan menjadi gelandangan karena tidak mempunyai tempat tinggal, " katanya.

Salah satu rekannya seperantauan mengajak Supardi membuat dan kemudian menjual kerupuk yang saat itu harganya masih Rp 1,-. Untuk modal pertama, rekannya itu yang membiayainya.
Setiap hari, ia harus menjual kerupuk dengan berjalan kaki sejauh lebih dari 40 kilometer dengan membawa bakul jinjingan. Satu per satu ia mendapatkan pelanggan. Hingga akhirnya, ia mampu membayar hutang kepada rekannya yang memberikan pinjaman modal.

Keuntungan pun ia dapatkan dan sebagian penghasilan itu dibelanjakan untuk membeli sepeda pancal. Dengan mengayuh sepeda barunya itu, Supardi menjangkau area yang lebih luas lagi. Jumlah pelanggannya pun bertambah.

Beberapa tahun kemudian, ia membeli sepeda motor. Hingga akhirnya, saat ini Supardi menjadi pengusaha kerupuk terbesar di Surabaya yang mempunyai 80 orang pekerja. Penghasilannya lebih dari Rp 10 juta per hari.

Dengan penghasilan tersebut, Supardi memiliki dua mobil mewah seharga diatas Rp 200 juta, tanah sawah seluas lebih dari 60 hektar, dan 3 rumah yang masing-masing berukuran diatas 600 meter persegi. Itupun belum termasuk uang dalam bentuk tabungan dan aset tak bergerak lainnya.

Anda bisa menghitung berapa jumlah penggemar kerupuk di Indonesia bukan setelah melihat berapa aset Supardi ?

Prospek Bisnis Kedepan

Bagaimana seorang yang tidak lulus SD bisa mengelola bisnis ? Apalagi sejak kecil ia bukanlah dilahirkan dari keluarga pedagang seperti orang China di Indonesia yang mayoritas sejak lahir akrab dengan dunia dagang ?


Ketika 60 pengusaha kerupuk di Surabaya gelisah dengan kenaikan harga minyak goreng dari Rp 9000,- per liternya menjadi Rp 14.000,- per liternya, Supardi pun mengalami nasib yang sama. Saat itu, ia terpaksa menaikkan harga kerupuk dari Rp 200,- menjadi Rp 250,- per buahnya.

Namun, kerupuk yang telah dinaikkan harganya itu ternyata tidak laku di pasaran pasalnya semua pedagang menolak harga tersebut dengan alasan konsumen enggan membelinya. Sehingga kerupuk yang seharusnya terjual, kini tertimbun di gudangnya. Hari itu kerugiannya mencapai Rp 5 juta.

"Ini merupakan pilihan sulit bagi saya, tetapi saya bertekad terus memproduksi kerupuk hanyalah demi melayani konsumen saya. Tetapi konsumen ternyata menolak dengan harga itu, " katanya.

Setelah menderita kerugian, tanpa berpikir panjang dalam menyusun strategi penjualan, Supardi memutuskan tetap berproduksi dengan harga Rp 200,- namun ukuran kerupuk diperkecil dari ukuran biasanya.

Tidak takut rugi lagi ?

"Sejak dahulu saya selalu tidak pernah berpikir panjang dalam menjual. Bagi saya yang penting konsumen tidak kehilangan makanan kerupuk. Lebih baik rugi lagi ketimbang membuat konsumen kecewa, " katanya.

Beruntunglah strategi tanpa berpikir panjang Supardi bisa diterima oleh pasar. Konsumen menerima kerupuk dengan ukuran lebih kecil ketimbang harga kerupuk dinaikkan.

Industri kerupuk, kata Supardi, telah terbiasa dengan pahit getirnya sebuah usaha. Kerupuk yang di era tahun 80-an pernah seharga Rp 1,- terus naik hingga harga saat ini. Kenaikan harga kerupuk lebih banyak terpengaruh oleh kenaikan harga bahan baku, misalnya tepung terigu, minyak tanah dan minyak goreng.

Sejak harga minyak tanah naik secara berlahan mulai tahun 2004 lalu, Supardi menggantikannya dengan kayu bakar. Sehingga ketika minyak tanah yang langka di Surabaya akibat program konversi minyak tanah ke elpiji, Supardi tidak bingung.

"Kalau harga minyak goreng naik itu yang paling membingungkan sebab tidak mungkin ada bahan pengganti selain minyak goreng, " katanya.

Supardi telah berusaha menggantikan minyak goreng dengan pasir. Namun cara itu gagal karena hasil gorengannya tidak maksimal dan rasa dari kerupuk jauh berbeda.


Meskipun dilanda dilema pasca kenaikan minyak goreng, namun Supardi optimis bisnis kerupuk akan semakin cerah di tahun mendatang. Saat ini dengan dikemas secara menarik, kerupuk bukan saja menjadi makanan ringan kaum miskin, tetapi juga kaum menengah keatas.

Senin, 17 Maret 2008

Mengais Rejeki di Gunung Kawi


Gunung Kawi, gunung dengan tinggi 2,86 meter dari permukaan laut yang terletak di desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur tidak hanya menjadi berkah bagi peziarah yang percaya bisa mendatangkan berkah pesugihan, namun juga menjadi berkah bagi penduduk sekitar.


Malam Jumat Legi memang selalu ditunggu oleh sebagian orang. Banyak yang percaya, di setiap malam itu, Raden Mas Imam Sujono, selalu mengabulkan setiap permintaan orang yang datang kepadanya. Tidaklah heran, apabila setiap malam itu jumlah pengunjungnya selalu berlimpah. Ini merupakan berkah bagi pedagang dan masyarakat sekitar yang memanfaatkan kunjungan wisatawan itu.

Sepanjang jalan masuk menuju kompleks pemakaman Kyai Zakaria atau lebih dikenal dengan Eyang Jugo dan Raden Mas Imam Sujono di Gunung Kawi, sejumlah pedagang, baik itu pedagang bunga untuk ritual, makanan ringan, maupun perhiasan ramai menawarkan barang dagangannya.
Biasanya, pendapatan mereka naik dua kali lipat dibanding hari biasanya. Penjual bunga misalnya, dimana hari biasa hanya memperoleh keuntungan Rp 30 ribu, kini bisa meraup Rp 70 ribu.
Tidak hanya pedagang, pengemis maupun pengamen pun tidak lupa ikut mencicipi keuntungan dari para tamu.

Senin, 03 Maret 2008

SERING LEMBUR = Workaholic ???

Sering kerja lembur, mengerjakan tugas kantor dirumah, khawatir dipecat karena kurang kerja keras,serta hubungan yang minim dengan keluarga merupakanbeberapa indikasi dari workaholism atau "ketagihan"kerja.

Pegawai di Jepang adalah contoh ekstrem pekerjaworkaholic yang menghabiskan 12 jam sehari untukmengerjakan tugas kantor. Rata-rata jam kerja pegawaidi Jepang memang tertinggi di dunia (2.450 jam pertahun). Padahal, bekerja lebih dari 40 jam per minggu saja sudah diindikasikan sebagai workaholic.

Workaholism di Jepang bahkan begitu seriusnyahingga menyebabkan kematian. Mereka menghabiskanberjam-jam mengerjakan tugas kantor sehinggamenimbulkan efek samping seperti kelelahan, stres,kurang tidur, serangan jantung, bahkan stroke.

PerdanaMenteri Jepang Keizo Obuchi adalah salah satunya. Diaterkena stroke dan meninggal karena bekerja kelewat keras.

Di kota besar seperti Jakarta, sering pekerjaworkaholic tidak sadar bahwa mereka sudah "ketagihan"kerja karena tingginya tuntutan kantor terhadappegawainya. Mereka terbiasa bekerja keras sampai tidakbisa lagi menyeimbangkan antara kehidupan pribadi danpekerjaan. Bukan lagi bekerja untuk hidup, tapi hidupuntuk bekerja.Jika pekerjaan anda sering menyebabkan stress ataupenyakit, itu mungkin pertanda anda terkena efekworkaholic.

Cepat cari solusinya sebelum terkena efekyang lebih parah.

Label:

Memilih Home Bussiness yang Tepat

Bagaimana Memilih Home Business yang Tepat?

(Sandy Larson)Berbisnis di rumah kini banyak digunakan pemula sebagai alternatif berbisnis dengan resiko kecil. Tapi bagaimana cara memilih HomeBusiness yang tepat? Berikut daftar pertanyaan yang harus dijawab sebelum menentukan pilihan anda.

foto by : Endra Susana (lokasi Kebun Binatang Surabaya)
MINAT
Apa hobi yang anda kerjakan jika ada waktu luang? Mana yang lebih anda sukai, bekerja di dalam atau luar ruangan?Apakah anda termasuk orang yang suka bekerja sendiri atau lebih senangjika bisa bertemu banyak orang?

KEAHLIAN
Apa pengalaman kerja yang paling anda kuasai?Kursus atau pelatihan apa yang sudah anda ambil?Apakah anda punya pengalaman manajemen, akuntansi, atau marketing? atau anda punya keahlian seperti nampak di foto ini ? (tapi pikir dulu deh...)

STATUS KEUANGAN
Berapa banyak modal bisnis dari tabungan pribadi anda?Apakah anda akan mengajukan pinjaman bisnis?Apakah anda bisa meminjam uang dari keluarga atau teman?WAKTUApakah anda masih berstatus karyawan?Apakah anda sanggup bekerja dengan intensitas waktu yang tinggi untukmengejar deadline?Apakah anda bisa mengorbankan akhir minggu atau hari libur untukbisnis anda?

Label:

Surat Cinta

SURAT CINTA MBAK SUM.

Sum, bermaksud memutuskan hubungan dengan kekasihnya seorang bule dari Amerika bernama Robbie akan tetapi dia tak sanggup untuk bertemu muka dengan kekasihnya. Sum menulis surat dengan berbekal pengetahuan bahasa Inggris & kamus tebal.


Hi Robbie, with this letter I want to give know you
(hai Robbie, bersama surat ini saya ingin memberitahu kamu)

I WANT TO CUT CONNECTION US
(SAYA INGIN MEMUTUSKAN HUBUNGAN KITA)

I have think this very cook cook
(saya telah memikirkan hal ini masak masak)

I know my love only clap half hand
(saya tahu cinta saya hanya bertepuk sebelah tangan)

Correctly, I have see you go with a woman entertainment at town with my eyes and head myself
(sebenarnya, saya telah melihat kamu pergi bersama seorang wanita penghibur dI kota dengan mata kepala saya sendiri)

You always ask apology back back times
(kamu selalu minta maaf berulang ulang kali)

You eyes drop tears crocodile
(matamu mencucurkan airmata buaya)

You correct correct a man crocodile land
(kamu benar-benar seorang lelaki buaya darat)

My Friend speak you play fire
(teman saya bilang kamu bermain api)

Now I know you correct correct play fire
(sekarang saya tahu kamu benar benar bermain api)

So, I break connection and pull body from love triangle this
(jadi, saya putuskan hubungan dan menarik diri dari cinta segitiga ini)

I know result I pick this very correct, because you love she very big from me
(saya tahu keputusan yang saya ambil ini benar, karena kamu mencintai dia lebih besar dari saya)

But I still will not go far far from here
(namun saya tetap tidak akan pergi jauh-jauh dari sini)

I don ' t want you play play with my liver
(saya tidak ingin kamu main-main dengan hati saya)

I have been crying night night until no more eye water thinking aboutyour body
(saya menangis bermalam-malam sampai tidak ada lagi airmatamemikirkan dirimu)

I don ' t want to sick my liver for two times
(saya tidak mau sakit hati untuk kedua kalinya)

Safe walk, Robbie
(selamat jalan, Robbie)

Girl friend of your liver
(kekasih hatimu)

Note:
this river I forgive you, next river I kill you !
(kali ini aku maafkan kamu, kali lain kubunuh kau !)

Label: